Jumat, 06 Februari 2009

cerah ceria


something in our life
Bagaimana ukuran kebahagiaan seseorang ditentukan ? Tidak ada yang dapat menentukan ukuran kebahagiaan seseorang selain yang menjalaninya sendiri. Bisa saja kita melihat orang yang (tampaknya) begitu berbahagia dengan hidupnya, namun belum tentu apa yang kita lihat sama dengan apa yang terjadi, juga sebaliknya. Biasanya kecenderungan seseorang, membandingkan sesuatu (yang buruk) pada dirinya dengan sesuatu (yang baik) pada orang lain. Setelah itu, yang terjadi pasti merupakan hasil pengurangan dari apa yang kita terima.Kebahagiaan itu lebih ditentukan atas “penerimaan” seseorang terhadap sesuatu. Lebih mengarah ke kondisi psikologis seseorang. Kebahagiaan psikologis seseorang dapat terdiri atas perasaan optimis, gembira, dan baik akan diri sendiri. Seseorang dalam kondisi seperti ini akan selalu merasa bersemangat, berhasrat untuk terus melakukan sesuatu dan membangun hubungan baik dengan orang lain.Sebaliknya, hal yang berlawanan dengan itu, terdiri atas perasaan depresi, sedih, sepi, dan merasa tidak berdaya melakukan apapun. Seseorang dalam kondisi seperti ini akan merasa gelisah, tegang dan merasa tidak tenang.Kebahagiaan itu, meski merupakan sesuatu yang abstrak, tidak dapat digambarkan secara jelas, namun tiap orang dapat merasakannya bersama yang lain. Misalnya saja, bila seseorang sedang berbahagia, kita juga dapat ikut merasakan kebahagiaan itu, dan juga sebaliknya. Keadaan seperti ini merupakan bentuk empati kita kepada orang lain.Bagaimana kebahagiaan dapat kita temui? Tentu dengan menyadari kebahagiaan itu sendiri. Yang terkadang kita lupakan adalah membandingkan kadar kebahagiaan dalam porsi yang berbeda. Membandingkan kebahagiaan kita atas apa yang diterima orang lain. Padahal belum tentu juga kita akan merasa bahagia dengan kondisi yang sama dengan orang yang kita pakai sebagai perbandingan.Keadaan dimana ‘penerimaan’ kita akan sesuatu hal menjadi ‘berkurang’ kadarnya, lambat laun akan menimbulkan kesedihan. Kalau sudah seperti ini, perasaan kita cenderung menjauh dari rasa bahagia. Padahal, kesedihan ini, kita sendiri yang membuatnya, dan mendramatisirnya sedemikian rupa hingga menutupi kebahagiaan kita.Bukannya kita dilarang untuk bersedih. Boleh2 saja, wajar namanya manusia, memiliki kadar susah senang dengan grafik yang naik turun. Ini tergantung bagaimana kita menyikapinya ( memang ujung-ujungnya penyelesaian ada pada diri kita :) Mau terus bersedih, atau berbahagia selamanya…Menerima segala sesuatu dengan lapang dada, mensyukuri atas apa yang kita terima hanya salah satu diantara beragam cara untuk menuju rasa bahagia. Tidak perlu jauh2 mencari kebahagiaan, dalam diri kita sudah dikaruniai banyak hal yang membahagiakan bila kita lebih jeli lagi melihat ‘kedalam’, bukan ‘keluar’. Kita dapat ‘membuat’nya, kita juga dapat ‘menghalau’nya dalam sekian detik.Wish you always feel happy… :)No sad, No tears, No pain… anymore…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar